Morfosintaksis ajah ‘ajar’ dalam Bahasa Bali: Studi Kasus Penggunaannya di Media Sosial
Keywords:
morfosintaksis, bahasa Bali, media sosial, perilaku sintaksis, valensiAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata turunan ajah ‘ajar’ dalam bahasa Bali secara morfosintaksis di media sosial. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) kenyataan penggunaan kata ajah dan turunannya di media sosial; (2) proses morfologis kata ajah dalam bahasa Bali; (2) perilaku sintaksis kata ajah dalam bahasa Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil dari internet dengan teknik pencarian kata/frasa kunci dengan mesin pencarian. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Teori yang digunakan adalah teori morfologi struktural dan teori tata bahasa sturuktural. Tata bahasa yang digunakan adalah tata bahasa preskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa turunan ajah yang digunakan secara nyata di media sosial banyak yang tidak sesuai dengan pembentukan kata dalam bahasa Bali, misalnya mlajah, plajahan, mlajahin, dan paplajahan. Secara morfosintaksis, kata ajah bisa dibentuk menjadi malajah, ngajah, ngajahin, ngajahang, palajahan, palajahin, palajahang, malajahin, malajahang, ajahin, ajahan. aja-ajah, dan pepalajahan. Perilaku sintaksis verba ajah dan turunannya dilihat dalam tiga hal, yaitu katagori, fungsi, dan peran. Dari sisi kategori, ajah dengan turunan malajah, ngajah, ngajahin, ngajahang, palajahin, palajahang malajahin, malajahang, ajahin berkatagori frasa verbal. Sedangkan ajahan, aja-ajah, dan palajahan, pepalajahan berkatagori frasa nominal. Frasa verbal berfungsi sebagai predikat dan frasa nominal berfungsi sebagai subjek atau objek. Turunan verba aktif ajah bisa berupa verba aktif transitif atau verba aktif intransitif. Afiksasi pada kata ajah menyebabkan perubahan valensi verba tersebut.