Penilaian Pembelajaran Sastra Indonesia Berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Keywords:
penilaian, Pembelajaran sastra, HOTSAbstract
Sistem pembelajaran yang dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia masih banyak berorientasi pada penilaian akhir. Kehadiran Kurikulum 2013 yang dikenal sebagai kurikulum berbasis kompetensi dimana peran penilaian sangat penting dan memang dipentingkan. Kurikulum 2013 menempatkan penguasaan berbagai kompetensi pada muara akhir kegiatan pembelajaran. Indikator-indikator bahwa seorang siswa telah menguasai kompetensi-kompetensi yang dibelajarkan hanya dapat diketahui lewat penilaian yang sengaja dimaksudkan untuk tujuan tertentu. Risikonya tekanan penilaian harus lebih nyata (autentik) dan lebih diarahkan pada proses penciptaan dan pengapresiasian karya sastra yang dihasilkan para peserta didik. Guna menciptakan dan mengapresiasi karya sastra, peserta didik akan berhadapan dengan proses berpikir yang selalu berkaitan dengan proses mengeksplorasi gagasan, membentuk berbagai kemungkinan atau alternatif-alternatif yang bervariasi, dan dapat menemukan solusi. Salah satu taksonomi proses berpikir yakni dikategorikan dalam taksonomi Bloom dan telah direvisi pada tingkat evaluasi dan kreasi. Menilik persoalan tersebutlah, topik ini akan memunculkan berbagai pertanyaan pada pandangan penilaian khususnya dalam bidang sastra, bagaimana menilai karya sastra? Mengapa perlu menilai sastra? Apa dan bagaimana bentuk serta jenis tes yang sesuai untuk menilai pembelajaran sastra? Bagaimana menyusun penilaian autentik dan berpikir taraf tinggi?