Pengajaran Sastra dengan Pendekatan Sastra Pariwisata (Literary Tourisms)
Keywords:
pengajaran sastra, pendekatan pariwisataAbstract
Berbagai perubahan kurikulum di Indonesia belum mampu menggeser pendekatan strukturalisme objektif otonom pengajaran sastra. Kurikulum 2013 menyempitkan pengajaran sastra pada teks. Sastra didekati sebagai teks dan dipelajari oleh siswa dalam ruang lingkup: (1) struktur dan (2) ciri kebahasaan. Kurikulum 2013 mengalami stagnasi, yaitu menyajikan pembelajaran tentang teori teks dengan berbagai genrenya. Berdasarkan keadaan itu, pengajaran sastra tetap dibelenggu oleh kondisi yang tidak hanya teoretis-objektif-struktural tetapi juga oleh teks itu sendiri. Untuk itu diperlukan cara baru pengajaran sastra dengan melakukan pendekatan ekstrateks, suatu pendekatan melihat karya sastra dalam realitas lokal seperti arsitektur, kota, alam, tradisi, dan vegetasi. Salah satu pendekatan yang bisa dipilih adalah pendekatan pariwisata. Makalah ini membahas potensi kabupaten Buleleng dalam pengajaran sastra dengan pendekatan pariwisata. Hal ini dilandasi oleh kenyataan yang ada bahwa Buleleng memiliki banyak destinasi pariwisata yang terkait dengan karya sastra, seperti Pura Yeh Ketipat (Babad Buleleng), Makam Jayaprana (cerita Jayaprana), Pantai Lovina dan Kota Singaraja (Sastrawan Angkatan Pujangga Baru, A.A. Pandji Tisna), Desa Banyuning (cerita Sampik), Jagaraga (antologi puisi Kobarang Apine), Desa Sukasada (skriptorium Van der Tuuk), dan Gedong Kirtya (koleksi lontar).