Dari Kompetensi ke Performansi: Reorientasi Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi Lebih Bermakna
Keywords:
kompetensi linguistik, performansi, pendekatan pragmatik, pembelajaran bermaknaAbstract
Kajian ini bertujuan untuk menegaskan kembali pentingnya reorientasi
pembelajaran bahasa Indonesia di tengah telah ditetapkannya sebagai bahasa
resmi Unesco. Telaah ini sangat dibutuhkan melihat fakta-fakta empirik
penggunaan bahasa Indonesia yang sangat kurang memadai. Pada aktivitas
ilmiah, banyak ditemukan naskah artikel, skripsi, tesis, bahkan disertasi yang
ditulis dengan kualitas bahasa Indonesia yang buruk. Tidak hanya itu, dalam
bidang perpolitikan nasional banyak pejabat negara yang berujar secara blunder
sebagai representasi kekurangterampilannya dalam berbahasa Indonesia.
Persoalan rendahnya keterampilan berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis,
berporos pada orientasi pembelajarannya pada lembaga-lembaga pendidikan
sesuai kurikuluam yang berlaku pada zamannya. Berdasarkan data perubahan
kurikulum, tampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertumpu pada dua
kutub. Pada masa Kurikulum 1947 – 1975, orientasi pembelajaran bahasa
Indonesia berfokus pada pendekatan struktural. Pendekatan ini lebih berorientasi
pada pembelajaran tentang bahasa (dan sastra) Indonesia. Akibatnya, pembelajar
lebih memiliki pengetahuan ketatabahasaan dan/atau kesastraan. Pendekatan
struktural ini lebih berorientasi pada kompetensi linguistik. Selanjutnya, pada
masa kurikulum 1984 – Kurikulum Merdeka, pembelajaran bahasa Indonesia
lebih diorientasikan pada performansi sebagai representasi pendekatan
pragmatik. Pendekatan ini menekankan keterampilan penggunaan bahasa sesuai
fungsinya; oleh karena itu sering disebut pendekatan fungsional. Namun
demikian, paradigma pembelajaran fungsional yang berlangsung sejak
diberlakukanya Kurikulum 1984 pun tampaknya belum membuahkan hasil
sesuai harapan. Oleh karena itu eksplanasi dan penegasan kembali hakikat
pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional perlu dilakukan agar
pembelajarannya menjadi lebih bermakna sesuai dengan salah satu unsur
pendekatan deep laerning, yakni meaningfulness learning.