Strategi Politik Majapahit Menaklukan Kerajaan Bali 1352- 1380 M
Keywords:
strategi, Majapahit, Kerajaan BaliAbstract
Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi politik yang diterapkan oleh Kerajaan Majapahit agar bisa menguasai Bali mengingat banyak dan masifnya perlawanan rakyat Bali Aga terhadap dinasti baru yang ditempatkan di Bali.Rakyat Bali belum bias menerima penaklukan yang dilakukan oleh Gajah Mada terhadap raja Sri astasura Ratna Bumi Banten. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sehingga prosedur kerjanya mengikuti urutan-urutan penelitian sejarah meliputi heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi. Data dikumpulkan dengan studi pustaka. Data yang terkumpul dikritik dengan kritik sejarah baik kritik ekstern maupun intern untuk mendapatkan fakta yang diperlukan dalam penyusunan cerita sejarah. Fakta yang ada kemudian diinterpretasikan untuk melihat kesalinghubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya serta kedudukan fakta itu dalam kontek cerita sejarah. Berdasarkan hasil interpretasi data tersebut kemudian disusun sebuah cerita sejarah dengan mengikuti prinsip serialisasi, kronologi dan kausalitas. Hasil analisis menemukan bahwa adanya kekosongan kekuasaan di Bali setelah Majapahit berhasil mengalahkan Dalem Bedahulu (Sri Astasura Ratna Bumi Banten sebagai raja bali kuno yang terakhir) maka yang dipilih adalah Sri Kresna Kepakisan yang masih memiliki darah Bali yakni keturunan Daha (Kediri) yang masih memiliki hubungan langsung dengan Airlangga. Airlangga merupakan anak tertua dari pasangan Udayana (Bali) dengan Mahendra data atau Gunapria Dharma Patni (Sindok).Penempatan Sri Kresna Kepakisan sebagai dinasti baru di Bali tetap mendapat penolakan dari masyarakat Bali.Dalam menjalankan pemerintahannya, Sri Kresna kepakisan juga merangkul masyarakat Bali dan mengangkat para arya menjadi pejabat kerajaan. Menghadapi perlawanan dari masyarakat Bali Aga, Sri Kresna kepakisan menggunakan jalur diplomasi. Tuntutan masyarakat Bali Aga agar raja mengubah pandangan dan perlakuannya terhadap masyarakat Bali serta bersedia menjaga kahyangan yang menjadi pusat keyakinan masyarakat Bali aga, maka Balipun bersedia menerima pemerintahan dalem Sri Kresna Kepakisan