STRUKTUR NARATIF DAN MAKNATEKS GEGURITAN WATUGUNUNG KARYA I MADE SUPARTA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR SEKAR ALIT PADA TINGKAT PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH

Authors

  • Ni Putu Nita Sari
  • I Nyoman Suarsa

Keywords:

Struktur Naratif, Makna, Geguritan Watugunung, Relevansi

Abstract

Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali lahir dari masyarakat tradisional. Salah satu dari sekian banyak geguritan yang ada di Bali adalah geguritan dengan judul Watugunung. Geguritan Watugunung ini penulis temukan dalam bentuk sebuah buku hasil karya I Made Suparta. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana strutur naratif dari geguritan Watugunung karya I Made Suparta?, 2). Apa saja makna yang terkandung dalam geguritan Watugunung?, 3). Bagaimana relevansi geguritan Watugunung sebagai materi ajar sekar alit pada tingkat pendidikan sekolah menengah?. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan struktur naratif dan makna serta relevansinya sebagai materi ajar sekar alit pada tingkat pendidikan sekolah menangah yang terkandung dalam Geguritan Watugunung.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktur naratif dan teori semiotika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan metode studi kepustakaan, dan metode wawancara, didukung dengan metode wawancara, teknik baca, catat dan triangulasi. Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode content analysis (analisis isi).

Dalam Geguritan Watugunung struktur naratif yang terkandung yakni lima tahap skema alur berupa penyituasian awal, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks dan penyelesaian masalah. Sedangkan makna yang terkandung dalam geguritan Watugunung adalah makna filosofis religius, didaktis, sosiologis dan makna estetis. Pada relevansinya Geguritan Watugunung sesuai jika dijadikan materi ajar sekar alit pada tingkat pendidikan sekolah menengah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada pembaca dan masyarakat dapat mencintai karya sastra dan senantiasa menerapkan nilai yang terkandung dalam Geguritan Watugunung sebagai pedoman dalam menjalani hidup, juga bisa pengembangan, dan dapat melestarikan warisan budaya sebagai kearifan lokal masyarakat Bali

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abott 2010:1 dan Nielsen 2008:177. Pengertian Naratif. Diakses pada 28 Desember 2022, dari

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/2146/8/14.UNIKOM_RIZKI%20T IYONO%20PUTRA_BAB%202.pdf

Abrams dalam Bani 2002:23. Pengertian Teori Naratif. Diakses pada 28 Desember 2022 pukul 17.00 wita, dari http://eprints.uny.ac.id/31082/1/Gita%20Sonia%2008205241004.pdf

Abrams, M.H. 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta: Hanindita.

Antara, I Gusti Putu, 2009. Sastra Bali Purwa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Apriani, Wayan. 2019. “Analisis Struktur Naratif dan Fungsi Geguritan Guru Bhakti.

Prosiding: STKIP Agama Hindu Amlapura. Jayapanguspress.

Bandem, I Made. 2009. Wimba Tembang Macepat Bali. Denpasar: Stikom Bali. Barker, Chris. 2006. Cultural Studies : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Kreasi

Wacana.

Budiyasa & Purnawan. 1997. Kesenian Daerah dan Sosial Budaya. Denpasar: PT. Intan Pariwara.

Burhan, Nurgiantoro. 2009. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Burhan, Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Dewiana. 2020. “Analisis Struktur Naratif Novel Memeluk Takdir Karya Nurul Miresi dan Relevansinya dalam Pendidikan Karakter”. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.

Eco, Umberto. 1979. A Theory Of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press. Effendi, S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika Alam.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Hasbullah. (2012). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Jelantik, Ida Bagus Gede. 2006. Apresiasi Puisi Bali Tradisional. Denpasar: Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni. IKIP PGRI BALI.

Kersten, S.V.D. 1984. Bahasa Bali, Jalan Katedral No. 5 Ende-Flores: Nusa Indah.

Mahardja 2012:18. Pengertian Puisi. Diakses pada tanggal 28 Desember 2022, dari https://www.matrapendidikan.com/2016/11/pengertian-puisi-menurut-para- ahli.html#:~:text=Menurut%20Ratih%20Mihardja%20(2012%3A18,adalah% 20sebuah%20dunia%20dalam%20kata

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. (Cetakan Keempat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saeed (2003:3) dan Ichiro (1991: 1-3). Pengertian Singkat Semantik kutipan Saeed (2003:3) dan Ichiro (1991: 1-3). Diakses pada tanggal 20 April 2023 pukul

00 wita, dari https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=104224#:~:text=Menurut% 20Saeed%20(2003%3A3),kata%2C%20frase%2C%20dan%20kalimat.

Sonia, Gita 2012. Struktur Naratif dan Penokohan Utama pada Novel Garuda Putih Karya Suparto Brata (Skripsi tidak diterbitkan).Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sumitri, N. W. 2015. Tradisi Lisan Vera Etnik Rongga, di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Disertasi Program Studi Doktor Linguistik Universitas udayana Denpasar.

Suwija, I Nyoman. 2012. Wacana Basa Bali. Malang: Wineka Media.

Suwija, I Nyoman dan I Gede Manda. 2015. Widya Sari Basa lan Sastra Bali 2.

Denpasar: Sri Rama.

Published

2024-02-01