MABEBASAN: Sebuah Apresiasi Sastra Kakawin
Keywords:
mabebasan, kakawin, adiluhung, rakawi, dan yajñaAbstract
Sastra kakawin merupakan karya sastra klasik, yakni sastra sebagai alat pemujaan
kepada Zat Yang Tertinggi, karena berisikan cerita kesusilaan sarat akan fungsi religius,
filsafat keagamaan, dihiasi kisah peperangan, dan lain-lain. Pada hakikatnya mengarah
pada kebenaran hakiki, yakni dharma sejati. Peran bahasa Jawa Kuna yang estetikreligius sebagai ciri kekayaan bangsa yang adiluhung sangatlah penting. Konsep
religiusitas tampak pada setiap manggala kakawin, sebagai cermin kreativitas rakawi
dalam melaksanakan yoga dengan kakawin sebagai yantra-nya. Lantunan suara indah
dengan hati ikhlas dan rasa bakti yang mendalam kepada Sang Pencipta merupakan cara
mengapresiasi sastra kakawin.
Kegiatan apresiasi sastra kakawin tampak pada tradisi mabebasan dalam
komunitas sekaa pasantian. Melalui kegiatan inilah masyarakat Bali mengakrabi
dan mengapresiasi karya-karya Jawa Kuna dan Bali. Tradisi ini dapat dianggap
sebagai ajang “kritik sastra”, karena melalui tradisi ini sebuah karya dibacakan,
diterjemahkan, diulas serta dikomunikasikan dengan sangat demokratis. Tradisi
mabebasan diperkuat dengan diterapkannya metode atau etika yang disebut Panca
Siksaning Anggita, yakni: pangwacen utama, paneges utama, pamitaken utama,
panyanggra utama, dan pamiarsa utama. Semua ini diaplikasikan dalam kegiatan
ritual, seperti: pajejiwan, nyenuk, mider githa, mamutru, dan sejenisnya.