PENINDASAN PEREMPUAN DALAM GADIS PANTAI : ANALISIS WACANA KRITIS (AWK)

Authors

  • I Nyoman Suaka Prodi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Saraswati Tabanan

Keywords:

Novel, Wacana Kritis, Penindasan

Abstract

Tujuan penulisan artikel ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai sosial budaya golongan
priyayi Jawa dalam novel Gadis Pantai karya Pramudya Ananta Tur. Selain dari
golongan priyayi, novel ini juga memunculkan tokoh dari kaum abangan (rakyat
miskin). Terjadi relasi kuasa antara kedua golongan tersebut yang sangat menarik
untuk dikaji. Toeri yang digunakan mengkaji permasalahan tersebut adalah teori
wacana kritis dari Van Dijk. Novel Gadis Pantai sebagai wacana sastra memiliki
tendensi untuk mengungkapkan makna-makna dan simbol sesuai dengan konteks
zamannya. Metode yang digunakan kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan katakata, kalimat dan ucapan tokoh yang tekait dalam novel tersebut. Analisis data
menggunakan teknik kutipan dan hermenutika (penafsiran). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, terjadi kekuasaan yang bersifat menindas kaum lemah terhadap
gadis pantai. Gadis ini menjadi selir dari bendoro (golongan priyayi), sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan isteri yang sesungguhnya dari kaum bangsawan. Gadis
pantai tidak mendapat posisi yang layak sebagai suami isteri. Bersifat penurut, tidak
berani protes terhadap kesewenangan suami. Ketika melahirkan bayi perempuan,
gadis pantai diusir secara kasar. Ia diceraikan dengan uang pesangon sebagai imbalan.
Novel ini mengamanatkan bahwa perlu kesetaraan tidak ada diskriminasi
antarsesama antara si kaya dan si miskin, golongan priyayi (bangsawan) dengan rakyat
jelata.

Downloads

Download data is not yet available.

Published

2021-10-27