EKSISTENSI TARI BARIS SUMBU DI DESA ADAT SEMANIK DESA PELAGA KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG
Main Article Content
Abstract
Keanekaragaman kebudayaan bangsa Indonesia menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang di kenal akan keanekaragaman adat istiadat dan kepercayaan selain dikenal pula sebagai salah satu negara kepulauan yang ada di belahan bumi.. Di Indonesia terdapat berbagai jenis tradisi kebudayaan yang masing-masing memiliki karakteristik atau ciri-ciri sesuai dengan identitasnya masing-masing. Hal ini menjadikan Indonesia di kenal oleh kalangan Internasional karena ragam budayanya. dalam setiap tradisi kebudayaan yang dimiliki masing masing daerah yang ada di indonesia tidak bisa terlepas dari ajaran agama atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya meskipun sesungguhnya antara agama dan kebudayaan itu berbeda. Namun di dalam praktiknya antara agama dan kebudayaan berjalan seirama sehingga sulit di bedakan di karenakan setiap prosesi keagamaan selalu di laksanakan dengan cara tradisi budaya setempat
Dilihat dari kegunaanya atau fungsi tari-tarian di Bali dapat di klasifikasikan menjadi tiga (3) yaitu: 1. Seni Tari Wali (sakral, religius dance) adalah suatu seni yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya upacara keagamaan. 2. Seni tari bebali (ceremonial dance). Adalah tarian yang digunakan sebagai pengiring suatu upacara yadnya .3. Seni Balih-Balihan (secular dance).
Tari Baris Sumbu merupakan tari wali dalam kaitannya dengan Upacara Neduh di Desa Adat semanik, Desa Pelaga kecamatan Petang. Tarian ini harus di pentaskan pada saat Upacara Neduh karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian Upacara Neduh. Menurut penututuran masyarakat setempat Tari Baris Sumbu ini sudah diwarisi oleh masyarakat secara turun-temurun dari para leluhurnya. Dengan keyakinan yang dimiliki masyarakat berusaha mempertahankannya serta berupaya mewariskannya kepada generasi selanjutnya.
Baris Sumbu adalah bagian yang tak terpisahkan dari ritual lainnya, seperti pelaksanaan upacara panca yadnya lainnya. Sepengetahuan saya yang terbatas ini bahwa setiap yadnya pastilah melibatkan kelima jenis yadnya yang disebut dengan istilah panca yadnya. Hanya saja terdapat penekanannya secara spesifik terhadap masing-masing yadnya dimaksud. Setiap yadnya selalu melibatkan dewa, rsi, manusia, pitra, dan bhuta yadnya. Jika diperhatikan alat-alat yang digunakan dalam Tari Baris Sumbu seperti tipat,bantal, blayag dan sumbu dengan pemaknaan bahwa tipat adalah simbol pradhana, bantal dan blayag adalah simbol purusa, maka secara keseluruhan pementasan Tari Baris Sumbu adalah prosesi untuk memohon anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa berupa benih-benih kehidupan baru (dalam hal ini benih untuk pertanian). Pemaknaan ini dikaitkan dengan empat penari Tari Baris Sumbu sebagai simbol empat saudara yang diajak ketika manusia lahir, sumbu kemungkinan adalah simbol placenta
Downloads
Article Details
References
Abdullah, H.M Amin. 2003. “Kata Pengatar” dalam Agama dan Pluralitas Budaya Lokal.
Surakarta: diterbitkan atas kerjasama Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan The Ford Foundation.
Bandem , I Made.1983. Eksploitasi Tari Bali.Denpasar. Denpasar: Asti .
Bosch, F.D.K. 1983. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Bawa Adnyana, Ida Bagus Gede. 2009. Tari Baris kekuwung Dalam Upacara Dewa Yadnya Di Desa Adat Sandakan (Kajian Pendidikan Agama Hindu). Skripsi (tidak diterbitkan).Denpasar : UNHI
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke arah Penguasan Model Aplikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Perkasa.
Coulon,Alain.2008. Etnometodologi. Yogyakarta: LENGGE (Kelompok Genta Press)
Cundamani. 1987. Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Proyek peningkatan pendidikan Agama Hindu. Dirjen Bimas Hindu Dan Budha, Departemen Agama RI.
Dibia , I Made. 1980. Pengantar Pengetahuan Tari. Denpasar : Depdiknas.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater. Yogyakarta : Yayasan Benteng Budaya
Geria, I Wayan.2000, Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI, Denpasar. Percetakan Bali.
Gidden, Anthony.2003. Masyarakat Post Tradisional. Yogyakarta : IRCiSoD
----------. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Sleman : Pustaka Widyatama.
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya.
Rooijakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo
Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif Antropologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suamba, 2003. Kreatifitas kesenian adalah nyolahang sastra
Sudarsana, I.B. Putu. Upacara Dewa Yadnya. Denpasar: Yayasan Dharma Sastra.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. 2008. Bandung : Alfabeta.
Sukidin, Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya: Insan Cendekia.
Sulasih, 2012. Tari Baris Teruna Batu dalam Upacara Piodalan di Pura Dalem Maya Desa Pakraman Teruna Blahbatuh Gianyar”.
Sumarsana, 2011 Tari Baris Cina dalam Piodalan di Pura dalem Desa Pakraman Renon.
Sutaba, I Made. 1980. Prasejarah Bali. Denpasar: BU. Yayasan Purbakala Bali.
Surayin, Ida Ayu. 1992. Seri Upakara Yadnya. Denpasar : Upada Sastra.
Spadley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.
Tim Peneliti 2006. Cili Sebagai Simbol Kesuburan . Denpasar : UPT Museum Bali, Dinas Kebudayaan Propinsi Bali.
Punyatmaja, Ida Bagus.1993. Dharma Sastra, Jakarta : Yayasan Dharma Santi.
Warna, I Wayan. 1988. Kamus Kawi-Bali. Denpasar: Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Dati I Bali.